SMK-PP Saree, Aceh Terapkan Demplot Pertanian Full Organik

Editor: Syarkawi author photo

 


Meuligoe Aceh.com ( Aceh besar ) - Daerah Saree merupakan dataran medium dengan ketinggian 400 - 500 mdpl, sangat cocok dikembangkan untuk sektor tanaman pangan dan hortikultura secara organik_

Pertanian organik saat ini memang sedang gencar gencarnya digaungkan. Tentunya hal ini dilakukan dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional.

Melalui kegiatan pertanian organik terpadu kluster tanaman pangan dan hortikultura, maka SMK-PP Negeri Saree Aceh bersama Bank Indonesia (BI) melaksanakan demplot Padi, Bawang merah dan Cabai merah pada lahan demplot 0,2 hektar.

Pertanian full organik ini dilaksanakan dengan memanfaatkan limbah padat dan cair. Kotoran Sapi diambil dengan cara dikandangkan, sehingga akan didapat kan sumber pupuk padat, cair dan sumber energi biogas. 

Selanjutnya pupuk padat sapi tersebut difermentasikan dengan (Mikrobhacter Alfalfa (MA - 11). Metode ini dikenal dengan konsep pertanian organik integrated farming sistem, yaitu pertanian terpadu budidaya tanaman dengan pemanfatan limbah. Ternak sapi yang dipelihara dalam kawasan pertanian sebagai sumber bahan pupuk, sehingga bila diterapkan, mampu menekan biaya input dan dapat meningkatkan produksi pertanian.

Untuk itu, Azanuddin Kurnia SP, MP selaku Sekretatis Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, sangat mendukung program ini.

Hal ini katanya sangat penting, dalam rangka mengembangkan pangan sehat dan munculnya sumberdaya pertanian maju, mandiri dan modern bagi petani millenial. "Selain itu juga untuk mendukung program Gerakan Mandiri Pangan (Gampang) dan Aceh Troe", sambungnya.

Kepala SMK-PP Negeri Saree Muhammad Amin SP, MP, sangat berterima kasih dan menyambut baik kerjasama dengan BI. Menurutnya, dengan dibangunnya laboratorium mini MA - 11, selain dapat menjadi sarana praktik siswa dan peningkatan kompetensi SDM guru/tenaga pendidik karena dilatih langsung oleh Bank Indonesia berstandarkan industri, juga membuka lapangan kerja baru untuk alumni dan petani milenial.

"Tidak hanya itu, lanjutnya juga lahirnya teaching factory/teaching farm secara terpadu", ujarnya.

Sementara penemu MA - 11, DR. Nugroho mengaku senang dan bangga, karena dapat mengabdikan dirinya untuk negeri tercinta. "Laboratorium MA - 11 mini merupakan ke 39 di Indonesia" katanya.

Dirinya berharap laboratorium ini dapat bermanfaat bagi sekolah dan petani milenial dalam mengembangkan kluster pertanian organik. 

Dengan konsep pertanian full organik sambungnya, ternak dikandangkan untuk memungut kotorannya baik padat, cair ataupun biogas. "Bila ini dilaksanakan secara terpadu maka akan mendapatkan keuntungan dan mengurangi akan kemiskinan", terangnya.

Pimpinan Kanca BI Achris Sarwani menjelaskan, kegiatan seperti ini dapat menjaga stabilitas ekonomi melalui pengembangan sektor pertanian, terutama untuk Padi, Cabai merah, Bawang merah dan juga ternak.

Melalui konsep pemanfaatan limbah yang sesuai SOP kata dia, modalnya kecil sementara produksi hasil tanaman tinggi. Sehingga akan mendapatkan keuntungan bagi petani yang pada gilirannya akan tersedia pangan yang cukup serta mengurangi angka kemiskinan.

Pengembangan pertanian organik harus sesuai dengan SOP sehingga dapat dikeluarkan sertifikasi organik. "Dengan kerjasama ini, harapannya dapat menjadi salah satu solusi mengatasi kelangkaan pupuk, yaitu mengkombinasikan limbah pertanian dengan pemanfaatan tekhnologi MA - 11", kata M.Ferizal Ka. BPTP Aceh, mengakhiri.

Kegiatan pelatihan dan tanam perdana tersebut selain dihadiri Sekretaris Distanbun Aceh, Kepala Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh, BPTP Aceh, Dinas Pendidikan dan Dayah Aceh, Badan Pemberdayaan Masyarakat Gampong Aceh, Maporina Aceh, Pengawas SMK Dinas Pendidikan Aceh, Dinas Pertanian Aceh Besar dan penemu MA 11 dari UGM (DR. Nugroho), juga Koordinator BPP Lembah Seulawah, unsur Muspika dan SMK PP N Kutacane serta Kelompok tani dan peternak.

Abda

Share:
Komentar

Berita Terkini