Posyandu Garda Terdepan Dalam Pencegahan Stunting

Editor: Syarkawi author photo

 

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Daerah Terpencil di Aceh

BANDA ACEH – Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan tempat pemeriksaan kesehatan balita pertama yang dilakukan di gampong. Dimana, kegiatanya dilakukan setiap sebulan sekali, adapun kegiatan ini meliputi penimbangan balita, pemberian vitamin A, pemeriksaan ibu hamil serta lainnya.

Namun, setelah anak berusia 1 tahun, angka kunjungan ke posyandu biasanya akan semakin menurun. Terutama bagi para ibu yang merasa vaksinnya sudah lengkap, sehingga para ibu tidak ada kekhawatiran untuk membawa ke posyandu.

Posyandu bukan hanya terkait vaksinasi. Namun, di posyandu juga bisa dimanfaatkan untuk memantau tumbuh kembang anak seperti mengukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala anak diukur untuk mendeteksi sejak dini jika terjadi hal-hal tidak diinginkan seperti kekurangan gizi. Namun sayangnya, mindset yang berkembang adalah posyandu hanya untuk menimbang berat badan dan memberikan vaksin anak.

Hingga anak berusia 5 tahun, kewajiban anak untuk ke posyandu harus diupayakan oleh ibu. Sebab jika tidak, dikhawatirkan tumbuh kembang anak serta pemenuhan gizinya tidak dapat terpantau dengan baik.

“Selain karena merasa vaksinasinya sudah lengkap, para ibu terkadang tidak membawa anaknya ke posyandu karena sudah TK. Mereka menganggap anaknya sudah sehat dan sudah bisa bersekolah sehingga tidak perlu lagi dibawa ke posyandu,” kata Kasie Promkes Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr. T. Chik Mohammed Iqbal Fauriza, M.Kes, Selasa (28/6).

Dokter Chik menyebutkan, kalau posyandu bukan hanya pelayanan pada bayi dan balita saja, tetapi juga mencakup pemeriksaan kesehatan dari bayi hingga untuk lansia. Sehingga, bisa mengetahui kesehatan masyarakat.

Pada remaja ada yang namanya Posyandu remaja, sedangkan untuk lansia, ada layanan posyandu lansia.

Pada posyandu remaja, remaja yang datang bisa memperoleh informasi kesehatan yang dibutuhkan remaja pada masanya, seperti kesehatan reproduksi remaja, dan juga penyuluhan mengenai bahaya narkoba.

Remaja putri bisa juga memperoleh tablet tambah darah (Fe) sehingga bisa menghindarkan ia dari anemia. Hal ini penting juga, sebagai upaya untuk mencegah Stunting sejak dini.

“Dari pelayanan penyuluhan masyarakat baik untuk balita mengukur tinggi badan dan ada kelas ibu hamil ada kelas lansia di situ. Dilakukan untuk mengetahui keadaan kesehatan masyarakat di gampong,” jelas dr. Chik.

Dengan adanya posyandu, tambah dr. Chik, tentunya agar menjaga kesehatan untuk anak yang akan menjadi generasi penerus bagi bangsa. Selain itu, juga menghindari dari gejala stunting agar daya perkembangan pengetahuan anak tidak terganggu.

“Sebenarnya ini untuk kita dan masyarakat kita agar nanti kedepan menjadi anak-anak yang tumbuh besar dengan status kesehatan yang bagus. Ini untuk mencegah stunting. Disaat ada gejala stunting nanti bisa cepat ditangani dan gizi buruk,” tambah dr. Chik.

Selain itu, para ibu juga melakukan pemantauan pertumbuhan anak melalui buku KIA yang dibagikan secara gratis oleh petugas kesehatan. Baik itu pertumbuhan pengetahuan dan juga tumbuh kembang anak.

“Melalui buku KIA juga dipantau. Bisa kita lihat nanti apakah ini dari faktor gizi orang tua, ada penyakit bawaan dan lainnya,” ucapnya.

Dokter Chik menjelaskan, selama pandemi banyak tantangan yang dialami oleh Dinas Kesehatan Aceh. Dimana banyak anak-anak tidak terpantau untuk kesehatan.

“Kendala selama pandemi pasti ada karena dibatasi mobilitasi masyarakat untuk berkumpul. Tapi sebenarnya kalau prosesnya berjalan insyaallah tidak ada masalah. Cuma kadang kadang kalau sudah pandemi ini pun dukungan dari keluarga untuk melihat anaknya dibawa ke posyandu sudah berkurang,” ujarnya.

Dokter Chik menghimbau, agar masyarakat dan khususnya yang mempunyai bayi dan balita yang mau masuk remaja agar ada kepedulian terhadap anak.

“Kenapa begitu, karena memang seorang anak merupakan penerus bangsa disaat gizinya bagus,” tutupnya.”[]

Share:
Komentar

Berita Terkini