Alumni ISI Jogja Teliti Mop mop, Seni Pertunjukan Tradisi Aceh yang Hampir Punah

Editor: Andi Masta author photo


Lhokseumawe, MeuligoeAceh.Com, Seniman Theater T.Zulfajri yang akrab disapa Tejo sedang meneliti seni pertunjukan tradisi Aceh “Mop mop” . Penelitian dilakukan di Kabupetan  Aceh Utara, Bireuen dan Pidie.  Tujuannya, untuk pelestarian seni lakon yang diambang punah tersebut.Kamis(22/10/2020)


Saat bertemu  wartawan di Lhokseumawe,  Kamis (Rabu /21/2020)  Tejo menjelaskan, Mop mop adalah seni teater pertunjukan  tradisi aceh yang hanya tersisa di Aceh Utara tepatnya di Kecamatan Muara Batu. 


“Penelitian ini untuk  melahirkan semacam  buku panduan dan dokumentasi  sebagai   referensi dan informasi seni Mop-mop secara detail , terutama bagi generasi muda, mahasiswa dan pelajar yang perhatian terhadap seni Aceh,” kata seniman yang juga alumni UIN Ar-raniry ini.


Menurutnya,  kegiatan yang telah dilakukan selama beberapa pekan ini mendapat dukungan dari Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sebagai ajang pelestarian seni budaya tradisi di Aceh.


Dijelaskan, Mop mop  dimainkan oleh  tiga orang, menampilkan bermacam kisah seputar persoalam keluarga, dengan gaya kocak dan beda dengan seni pertunjukan lainnya yang ada di Indonesia. 

Seorang  pemain  memerankan sosok  ayah, sekaligus sebagai syech,  juga bertugas mengatur mengontrol alur cerita sambil  memainkan biola. Dua  lainnya  , berperan sebagai dara baro  dan linto baro (pengantin baru). 


Keunikan mop-mop, melibatkan banyak unsur seni yang harus dipahami seluruh pemain, seperti syair aceh, pantun, hiem, gerak tari, musik dan lainnya. Semuanya dipadukan dalam satu pertunjukan.


“Generasi saat ini tidak ada lagi yang tahu tentang Mop-mop, beda dengan sandiwara Aceh atau Dalupa yang sebagian kecil masih diketahui, walau memang sudah benar-benar tidak ada lagi komunitasnya. Jadi ini yang akan kita orbit ke permukaan agar masyarakat paham,” sebut Tejo.


Secara sejarah, belum ada diketahui pasti kapan awal muncul Mop-mop, namun dipastikan sudah sudah ada sebelum Indonesia merdeka, kemudian  jaya di era 60 hingga 80an.  Ditampilkan saat hari-hari besar, hajatan rakyat, pesta pernikahan,  bahkan juga ditampilkan di lokasi pasar rakyat dan lain. 


Kemudian  meredup seiring masukknya teknologi hiburan ke tengah-tengah masyarakat Aceh , seperti televsi, radio dan yang banyak menampilkan seni peran secara praktis kepada masyarakat.


Menurut  lulusan S2 Institut Seni Indonesia (ISI) Jogyakarta tersebut, penelitian dilakukan di beberapa tempat di  Aceh Utara, yaitu di Gampong Paloh Raya dan Gampong Kambam d Kecamatan Muara Batu, karena disana masih tersisa denyut seni Mop-mop. Kemudian dilakukan juga di Bireuen, tepatnya di Gampong  Matang Pasie, Kecamatan Peudada.


Tejo  juga berharap,  pemerintah dan para pemangku kebijakan  dan masyarakat tidak lupa dengan seni tradisi seperti ini, karena Mop-mop adalah aset seni yang harus dimunculkan kembali, sebagai identitas seni lakon khas masyarakat Aceh di pesisir pantai timur.(masta)

Share:
Komentar

Berita Terkini