Digitalisasi Rencong di Museum Aceh: Langkah Modern untuk Menghadirkan Warisan Budaya ke Ruang Global

Editor: Syarkawi author photo

 


Banda Aceh Museum Aceh kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan warisan budaya kepada publik dengan pendekatan modern. 

Melalui kerja sama dengan Direktorat Pengembangan Budaya Digital, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, kegiatan digitalisasi koleksi rencong resmi dilaksanakan pada Rabu (12/11/2025).

Program ini menjadi salah satu terobosan penting dalam pelestarian budaya, menghadirkan dokumentasi rencong—senjata tradisional Aceh yang sarat nilai sejarah—ke dalam format digital yang aman, mudah diakses, dan berpotensi menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk masyarakat internasional.

Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsu Rijal, menegaskan bahwa digitalisasi rencong bukan hanya menyangkut pelestarian benda, tetapi juga nilai-nilai budaya yang menyertainya.

“Rencong bukan sekadar pusaka, tetapi simbol identitas masyarakat Aceh. Melalui digitalisasi, kami ingin memperluas akses pengetahuan sekaligus memastikan warisan ini tetap lestari untuk generasi mendatang,” ujarnya.

Menurut Andi, program ini merupakan bagian dari upaya nasional dalam mengembangkan ekosistem budaya digital, sehingga berbagai warisan budaya Nusantara dapat tampil lebih kuat di panggung global.

Kepala Seksi Koleksi dan Bimbingan Edukasi Museum Aceh, Nurhasanah, menyambut baik langkah ini. Ia menilai digitalisasi sebagai solusi strategis untuk meningkatkan keamanan data koleksi sekaligus memperkaya sumber pembelajaran.

“Digitalisasi membuka peluang besar, tidak hanya untuk pelestarian fisik, tetapi juga untuk riset, edukasi, dan pengembangan konten budaya yang lebih kreatif,” ungkapnya.

Proses digitalisasi meliputi pemotretan detail, pemindaian, serta pendataan komprehensif setiap koleksi rencong yang tersimpan.

Seluruh tahapan dilakukan oleh tim profesional dengan memperhatikan standar konservasi dan prosedur pelestarian museum.

Dengan hadirnya rencong dalam format digital, Museum Aceh berharap warisan budaya Aceh tidak hanya lestari secara fisik, tetapi juga semakin dekat dengan masyarakat—baik di tingkat lokal, nasional, maupun mancanegara. Program ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya kini dapat berjalan seiring dengan inovasi teknologi.[ADV]

Share:
Komentar

Berita Terkini