Museum Aceh Tingkatkan Mutu Pelestarian: Puluhan Guci Kuno Jalani Konservasi Profesional di Storage Koleksi

Editor: Syarkawi author photo

 


Banda Aceh Museum Aceh kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga dan merawat warisan budaya melalui pelaksanaan program konservasi puluhan guci kuno yang tersimpan di ruang penyimpanan koleksi (storage), Rabu (12/11/2025). 

Upaya ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab museum dalam memastikan setiap artefak, baik yang dipamerkan maupun yang tersimpan, tetap berada dalam kondisi terbaik.

Kepala Seksi Preparasi dan Konservasi Museum Aceh, Erni Mahdalena, menjelaskan bahwa koleksi yang berada di gudang tidak pernah dibiarkan begitu saja. 

Pemantauan ketat, evaluasi berkala, serta perawatan khusus terus dilakukan untuk menghindari kerusakan akibat faktor lingkungan seperti kelembaban maupun potensi serangan organisme.

“Guci-guci ini merupakan koleksi cadangan dan sebagian sedang menunggu jadwal pameran. Karena itu, kondisi storage harus tetap kita pastikan aman. Jangan sampai saat diperlukan untuk dipamerkan, kondisinya sudah mengalami kerusakan,” ujar Erni.

Program konservasi ini melibatkan tim konservator berpengalaman yang melakukan perawatan intensif pada guci berbahan tembikar dan keramik. 

Langkah-langkah yang ditempuh dilakukan sesuai standar internasional konservasi museum untuk memaksimalkan keamanan dan ketahanan artefak.

Tahapan konservasi meliputi:

1. Dokumentasi Awal

Pencatatan kondisi fisik guci secara detail, mulai dari foto, deskripsi kerusakan, hingga identifikasi material penyusun.

2. Pembersihan Mekanik dan Kimiawi

Pembersihan debu dan kotoran menggunakan alat khusus, serta penanganan noda membandel dengan larutan kimia ramah artefak.

3. Konsolidasi

Penguatan struktur guci yang rapuh menggunakan resin khusus agar artefak lebih stabil.

4. Restorasi dan Penyambungan

Perbaikan retakan atau sambungan fragmen dengan perekat konservasi berkualitas, termasuk pengisian bagian yang hilang sesuai kaidah etika konservasi.

5. Pelapisan Pelindung

Pemberian coating khusus untuk melindungi permukaan guci dari perubahan lingkungan sehingga lebih tahan lama.

Erni menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan Museum Aceh untuk melindungi, merawat, dan melestarikan objek bersejarah agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Dengan langkah konservasi terarah dan profesional, Museum Aceh kembali memperkuat posisinya sebagai lembaga pelestari budaya yang tidak hanya fokus pada pameran, tetapi juga pada penjagaan warisan sejarah secara menyeluruh.[ADV]

Share:
Komentar

Berita Terkini