Bener Meriah | MeuligoeAceh.Com,
Pasalnya diduga petugas Puskesmas SimpangTiga ini disebut diduga mengabaikan pasien yang hendak mendapatkan perawatan medis di sana, suami pasien meminta perawat untuk digantikan infus pasien yang telah habis, namun menurut pernyataan suami pasien mengatakan perawat sudah pulang istirahat.Kamis(04/03/2021)
Suami pasien berinisial SL(29) menjelaskan kronologisnya ke pihak media, "hari itu tepat hari kamis pagi sekitar pukul 09:00 wib, saya membawa istri saya dengan kondisi yang sangat lemas ke puskesmas simpang tiga untuk di check-up dan meminta surat rujukan, petugas mengatakan ini kita rawat dahulu diinfus dahulu baru nanti kita lihat bagaimana perkembanganya", jelasnya Suami.
"Sekitar pukul 11:00 wib saya melihat infus telah habis dan saya meminta perawat untuk menggantikan infusnya, saya panik dikarenakan darah telah naik ke infus, namun kata petugas yang ada disitu perawatnya sudah pulang istirahat, saya semakin panik, darah sudah naik ke infus setelah selang berapa waktu barulah datang satu petugas, saya tanyakan gimana keadaan isyeri saya, kalau begini pelayanan dipuskesmas ini saya mohon dirujuk saja kebanda Aceh saja, saya tidak mau dirawat disini kalau seperti ini pelayananya", jelasnya lagi.
"Setelah itu saya minta dirujuk saja kerumah Sakit Muyang Kute, namun petugas mengatakan tidak bisa dikeluarkan dikarenakan rumah sakit muyang kute penuh begitu penjelasan petugas, saya semakin panik, tidak ada kebijakan dan solusi dari puskesmas simpang tiga untuk dapat surat rujukan buat istri saya, akhirnya saya mengambil keputusan untuk memintakan petugas untuk mencabut infus dan membawanya ke banda aceh dengan harapan mendapatkan pelayanan yang lebih layak walau dengan biaya pribadi tanpa memakai bpjs, begitulah cerita sebenarnya pak saya tidak mengada-ngada, jika nanti saya sipanggil terkait hal itu saya siap datang dan tunjukkan siapa saja petugas yang ada dihari itu", tambahnya.
Terkait kronologis keluhan pasien, pihak media mencoba konfirmasikan hal itu ke Puskesmas Simpang Tiga, Pagi tadi media menemui Kepala Puskesmas Simpang Tiga saudara Irwandi, Terkait keluhan pasien beliau mengatakan, "terima kasih atas informasinya, dengan adanya informasi saya anggap suatu kritikan yang membangun, dengan adanya hal seperti ini saya beserta staf saya bisa lebih memperbaiki kinerja dan pelayanan agar menjadi lebih baik", ujarnya Irwandi.
"Namun dalam hal ini, saya akan undang staf saya yang lebih berkepentingan menjawab hal tersebut, agar semuanya lebih jelas dan berimbang, jangan kita mendengar sebelah pihak, nanti saya ingin media kembali kemari siang ini untuk mendengar penjelasan dari staf saya yang sedang bertugas dihari itu dan akan kita hadirkan juga dokter yang sedang bertugas dihari pasien itu masuk yang akan memberi keterangan, dikarenakan saya ada agenda rapat di dinas kesehatan sekarang", Ujarnya lagi.
Selanjutnya Media bidik indonesia kembali melakukan konfirmasi kembali puskesmas dan bertemu dengan dr. Desi Dayang Melala selaku dokter yang bertugas hari itu, terkait keluhan pasien tersebut Beliau menerangkan, "Dari awal kedatangan suami pasien sudah bertemu dengan saya, suaminya datang dengan membawa status ke poly umum dengan meminta rujukan, mengatakan bahwa isterinya sudah tidak bisa bangun dirumah, dengan kondisi seperti itukan kita tidak bisa keluarkan surat rujukan pak, karena kitakan tidak tau kondisi isterinya seperti apa dan sakit apa", terangnya dr.Desi.
"Jadi saya minta isterinya dibawa ke puskesmas, lalu suaminya mengatakan ia punya saudara disini yaitu ibu FT yang tahu gmana kondisi isteri saya katanya, lalu kita panggilkan ibu FT saya menanyakan apakah isteri bapak ini memang tidak bisa dibawa ke puskesmas kalau memang tidak bisa dibawa kita jemput pakai ambulance, karena kan kita tidak bisa mengeluarkan rujukan jika kita tidak tahu kondisi sebenarnya pasien, begitu cerita awalnya", terangnya Dr. Desi.
"Lalu suaminya mengatakan bisa-bisa saya akan bawa isteri saya dengan kereta lalu dibawalah si pasien ke ruang IGD dengan kondisi lemas batuk-batuk tak berhenti hingga mau muntah, lalu kita infuslah diruang IGD, dikarenakan IGD bed nya penuh pasien kita bawa ke ruang lansia karena ada kasur kosong disitu, setelah infusnya habis suami pasien memanggil perawat ini lalu perawat datang mematikan infusnya, lalu saya juga datang ke pasien menanyakan, gimana bu kondisinya, kalau memang tidak ada perubahan kita antarkan kerumah sakit bu pakek ambulance, suaminya pun jelas mendengar", jelasnya lagi.
"Lalu pasien berkata nggak mau kami nggak mau lagi dirawat disini kami mau ke Banda Aceh, suaminya pun mengatakan 'kami tidak mau dirawat dengan pelayanan kesehatan di Bener Meriah ini' begitu kata suaminya' saya menjelaskan lagi, oo.. kalo rujukan ke banda Aceh pak kami tidak bisa mengeluarkanya, yang bisa kami lakukan adalah mengantarkan pasien ke rumah sakit dan infusnya tidak kami lepas, mereka menjawab 'tidak usah kami bisa kebanda Aceh sendiri' jadi dikarenakan begitu permintaanya maka ibu perawat berinisial M mencabut infus pasien, jadi pasien pulang atas permintaan mereka sendiri, itu keterangan dari kami", tambahnya.
Selain dari pada itu Kasubbag Tata Usaha Sdri Niken AMD, KEB juga menjelaskan, "Disaat pasien F dibawa kesini awalnya kami minta KTP atau NIK BPJS, begitu kita cek ternyata pasien ini Faskes tingkat I nya terdaftar di Mata Ie Banda Aceh, walau dia beralamat disini namun faskesnya terdaftar disana dibanda aceh, kita tidak pernah menolak pasien pak, buktinya tetap kami kami rawat, namun untuk proses rujukan kita tidak bisa keluarkan langsung dari puskesmas langsung ke Banda Aceh, dia mekanismenya berjenjang, diatas kami ini ada rumah sakit muyang kute, nah dari sini kita antar ke RS Muyang Kute, sampai disana jika pasien tidak bisa ditangani juga barulah dari Rumah Sakit Muyang Kute dikeluarkan rujukan ke Banda Aceh, berjenjang dia, kalau dari puskesmas kita tidak bisa mengeluarkan rujukan dikarenakan pasien faskesnya bukan dibawah tanggung jawab kami", menutup keteranganya.(masta)