Sang Sarya Menyapa Antara laring, Luring & Darling, Haura Laiyyina Adzillah

Editor: Syarkawi author photo


Aceh Besar
- Komunitas Literasi Kayang yang biasa di singkat KLK melakukan gerakan literasi ke sekolah-sekolah melalui program Pilar-Kayang Goes to School. Kegiatan yang sudah berjalan sejak tahun 2020 ini mengkampanyekan gemar membaca dan berkarya melalui tulisan sejak dini.

Kepala sekolah SMP Darul Quran Aceh (DQA), Muhammad Faizal, S.Pd.I, mengatakan sangat menyambut baik gerakan literasi ini sebagaimana yang telah mereka jalankan sebelumnya.

“Di sekolah kami sudah ada kelas literasi yang dibimbing oleh seorang uztazah. Bahkan ada santriwati  kami, Haifa yang sudah menerbitkan buku.”ujarnya.

“Ini patut kita beri apresiasi,” lanjutnya.

Dan bangga seraya memperkenalkan Haifa, gadis kecil berseragam putih hijau yang tampak malu-malu itu.

Pertemuan yang bertempat di mushala sekolah SMP Darul Quran Aceh di Desa Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar,Selasa, 27 Februari 2024.

Kegiatan tersebut diikuti hampir sekitar 100 orang santriwan dan santriwati dan dihadiri oleh Founder KLK, Saprina Siregar, S.Pd.I, Ketua KLK, Evi Susanti, SH, pengurus inti Maulidar dan uztaz/uztazah.

“Ide cerita akan mengalir. Jika kalian memiliki uneg-uneg atau hati sedang gundah gulana maka tuangkanlah dalam bentuk tulisan. Jika ada cerita senang setelah melalui perjalanan berliku ketika harus ikut tes masuk ke pesantren ini maka tulislah dalam bentuk cerita,” ujar Evi Susanti, SH membakar semangat para santri.

“Janganlah berhenti bermimpi. Banyak baca buku, novel atau lainnya untuk memperdalam wawasan kalian,asal bacaannya yang sesuai dengan umur kalian,” pungkas Bu Evi lagi.

Kemudian dalam pemaparan materi yang disampaikan oleh Saprina Siregar, S.Pd.I selaku founder Komunitas Literasi Kayang (KLK) Banda Aceh mengatakan bahwa sudah banyak sekolah-sekolah yang kami bimbing baik itu dewan guru, murid maupun wali murid.  

Beliau juga menegaskan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat tulisan seperti penggunaan tanda baca yang sering salah, penggunaan bahasa asing atau bahasa daerah  dan dialog-dialog dalam sebuah cerita.

"Naskah tulisan mereka akan dihimpun dalam satu buku antologi setelah melalui proses kurasi,” janji Saprina Siregar di akhir acara silaturrahmi.[]

Share:
Komentar

Berita Terkini