Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat [sumber web Kemdikbud]
Banyumas – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menyampaikan sejumlah program prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam seminar nasional bertajuk “Quo Vadis Kompetensi Sosial Emosional Guru di Era Deep Learning”. Seminar ini dihadiri oleh 1.730 guru dan kepala sekolah jenjang TK, SD, dan SMP di wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Dalam sambutannya, Wamen Atip menekankan pentingnya menghadirkan pendidikan bermutu untuk seluruh warga negara, sesuai dengan amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
“Untuk mencapai hal itu, kita harus memahami dan memetakan apa saja tantangan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Dalam program yang sudah kami susun, akan dihadirkan berbagai macam upaya untuk meningkatkan kualitas guru, baik kompetensi pedagogik maupun kompetensi lainnya. Pendidikan yang bermutu, salah satunya, harus ditopang oleh pendidik yang bermutu pula,” urai Wamen Atip, di Purwokerto, Kab. Banyumas, Selasa (21/1).
Lebih lanjut, Wamen Atip menguraikan bahwa pendidikan bermutu untuk semua mencakup 1) ketersediaan layanan yang merata; 2) pembiayaan pendidikan afirmatif; 3) pengembangan talenta unggul; dan 4) layanan pendidikan yang inklusif. “Untuk itu, strategi pendidikan yang kita terapkan adalah partisipasi semesta. Sehingga tidak hanya pemerintah, tapi seluruh pemangku kepentingan harus berkontribusi dalam penyelenggaraan pendidikan. Kami sudah menyampaikan bahwa pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat ini adalah mitra,” ungkapnya.
Dijelaskan oleh Wamen Atip bahwa deep learning sendiri merupakan pendekatan pembelajaran, yang terdiri dari tiga elemen yaitu mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning. Mindful learning yaitu belajar dengan kesadaran penuh, fokus pada pembelajaran, serta memperhatikan pikiran dan emosi saat belajar. Kemudian meaningful learning berkaitan dengan menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata, serta menemukan relevansi dan tujuan belajar. Sementara joyful learning adalah konsep belajar dengan penuh kegembiraan, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, memotivasi siswa dan mendorong rasa ingin tahu. Menurut Wamen Atip, pendekatan ini dapat tercapai apabila para guru memiliki kompetensi yang sesuai.
Sumber : Kemdikbud