Bupati Safaruddin Membangun Abdya lewat Pertanian, Kelautan, dan Anak Muda

Editor: Syarkawi author photo

 


Blangpidie – Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) Safaruddin tak segan bicara lugas soal tantangan dan harapannya membangun daerah. Dalam perbincangan bersama Kompas.com dalam program Nusaraya di kantor Kompas, Jakarta, Selasa (8/7/2025), ia menyampaikan keresahan warga Abdya, arah baru pembangunan, hingga langkah konkret memangkas defisit anggaran yang ditinggalkan pejabat sebelumnya. "Sebagai daerah pemekaran sejak 2002 dari Aceh Selatan, banyak potensi Abdya yang belum tergarap. Dari tiga kepala daerah sebelum saya, belum ada yang memberi harapan nyata bagi masyarakat," ujar Safaruddin yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua DPR Aceh.

Tantangan

Begitu dilantik sebagai Bupati, Safaruddin langsung melakukan pemetaan potensi daerah dan evaluasi birokrasi dalam 100 hari pertama. Tapi langkah itu dihadapkan pada fakta mengejutkan: utang daerah mencapai Rp 58 miliar. “Kita pangkas kegiatan yang tidak berdampak langsung. TPP ASN kita kurangi 30 persen, perjalanan dinas juga kita evaluasi. Kalau kegiatan masih bisa diselesaikan pakai Zoom, ngapain kita ke Banda Aceh atau Jakarta," tegasnya.

Langkah-langkah itu berhasil memangkas defisit menjadi Rp 17 miliar, dan Safaruddin optimistis bisa menyelesaikannya tahun ini. Namun persoalan tak berhenti di situ. Infrastruktur dasar di Abdya, terutama ibu kota kabupaten, masih jauh dari kata layak. “Sudah 23 tahun jadi kabupaten, tapi belum punya ibu kota dengan infrastruktur memadai. Setiap hujan deras, masyarakat was-was karena pasti banjir,” katanya.

Salah satu solusi yang ia perjuangkan adalah pembangunan irigasi sayap kanan yang sudah masuk dalam dokumen BPNB.

Mimpi Abdya Maju: Kampung Nelayan Merah Putih


Safaruddin membawa semangat "Abdya Maju" dengan cara menggarap potensi yang ada. Salah satunya sektor kelautan. Ia menyebut Abdya mendapat kesempatan menjadi satu dari 100 titik program Kampung Nelayan Merah Putih dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. “Potensi ikan kita sangat baik. tapi tidak beredar di dalam, tapi keluar. Ini PR saya di PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan),” ujarnya. Sektor pertanian pun tak luput dari perhatian. Ia menyebut harga gabah nasional Rp 6.500 belum sepenuhnya dinikmati petani Abdya. Banyak petani justru masih terikat tengkulak karena persoalan modal.

“Panen serentak sulit karena irigasi belum memadai, dan saat panen serentak, harga turun,” jelasnya. Untuk menjawab persoalan itu, Pemkab Abdya tengah menyiapkan BUMD untuk mengoperasikan pabrik penggilingan padi dan membatasi masuknya padi dari luar.

Safari Subuh dan Pendidikan
Sebagai pemimpin yang dekat dengan masyarakat, Safaruddin menginisiasi program Safari Subuh, membangun kebersamaan sejak waktu yang paling sunyi. Pendekatan agama dan pendidikan di Abdya, menurutnya, dijalankan secara moderat dan kontekstual. "Jadi penegakan syariat Islam tidak seseram orang lihat, justru menyejukkan dan mengikuti perkembangan zaman,” tegasnya.[]

Share:
Komentar

Berita Terkini