Bagikan Praktik Baik Pemberdayaan Perempuan Berbasis Kearifan Lokal
JAKARTA – Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal menjadi salah satu pembicara utama (keynote speaker) dalam Lokakarya Nasional bertema “Kepemimpinan Perempuan & Inklusivitas Kebijakan Publik” yang digelar oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri) bekerja sama dengan Konrad Adenauer Stiftung (KAS) Jerman, di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh para pejabat daerah, akademisi, dan tokoh perempuan dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Illiza memaparkan pengalaman dan praktik baik Pemerintah Kota Banda Aceh dalam membangun ekosistem kepemimpinan perempuan yang nyata, inklusif, dan berdampak.
Menurut Illiza, pemberdayaan perempuan bukan sekadar persoalan keterwakilan angka dalam jabatan publik, tetapi tentang memberikan ruang, suara, dan pengaruh nyata bagi perempuan dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan publik.
“Alhamdulillah, hari ini saya diberi kesempatan untuk berbagi di Kemendagri RI. Di Banda Aceh, kami berkomitmen membangun ekosistem kepemimpinan perempuan yang nyata — bukan hanya angka, tetapi suara dan pengaruh yang membawa perubahan,” ujar Illiza dalam paparannya.
Ia menjelaskan bahwa Pemko Banda Aceh secara konsisten mendorong kebijakan yang ramah terhadap partisipasi perempuan, baik di sektor pemerintahan, ekonomi, sosial, maupun masyarakat.
Upaya tersebut diwujudkan melalui berbagai program pelatihan kepemimpinan, peningkatan kapasitas perempuan di birokrasi, serta dukungan terhadap pelaku usaha perempuan dan aktivis sosial.
“Saya yakin, ketika perempuan diberi ruang, kesempatan, dan dukungan, maka seluruh masyarakat akan maju bersama. Kepemimpinan perempuan bukan hanya tentang gender, tetapi tentang kemanusiaan, empati, dan keberlanjutan pembangunan,” tambahnya.
Illiza juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat kepemimpinan inklusif yang berkeadilan. Ia mengajak seluruh pihak untuk memastikan bahwa kesetaraan dan inklusivitas tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi benar-benar menjadi praktik nyata dalam kebijakan publik di semua level pemerintahan.
“Mari kita lanjutkan perjalanan ini, memperkuat kolaborasi, meningkatkan partisipasi, dan memastikan bahwa kepemimpinan inklusif bukan hanya sekadar slogan, tetapi menjadi realitas,” tutupnya.
Kehadiran Illiza dalam forum nasional ini mendapat apresiasi dari peserta dan panitia, yang menilai Kota Banda Aceh sebagai salah satu daerah dengan implementasi nyata kepemimpinan perempuan yang progresif dan berlandaskan nilai-nilai kearifan lokal. (**)
