Tagore : Petani Kopi Status Emergency Sekarang, Pemerintah Bener Meriah Harus Turut Campur

Editor: Andi Masta author photo

Bener Meriah | MeuligoeAceh.Com, Terkait Harga Kopi Arabika Gayo di dataran tinggi Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah Provinsi Aceh yang telah di akui menjadi kopi terbaik Number One di Dunia, harga terus merosot anjlok dititik Rp.5000/Kg bahkan Rp.3000/Kg gelondong merah, Kondisi krisis ini tak pernah terjadi sebelumnya hingga menuai berbagai opini.

Kopi dataran tinggi Gayo dan sekitarnya, seharusnya memasuki panen raya setiap tahunya itu harga kopi bisa mencapai Rp.7000 sampai dengan Rp. 10.000/kilo kopi gelondong merah tergantung pasarnya, nasional atau international eksport.Jum'at (18/12/2020)

Tentu dengan anjloknya harga kopi ini pastinya berimbas bagi masyarakat sekitarnya, masyarakat berharap seharusnya memasuki musim panen raya setiap tahunya ini setidaknya sedikit bisa mendongkrak perekonomian pendapatan masyarakat kecil dari upah petik kopi terlebih dimasa pandemi Covid-19 yang belum kunjung berakhir.

Upah memetik kopi biasanya diangka Rp.25.000/kalengnya, satu kaleng setara dengan 10 bambu atau 13,5Kg, namun upah petik kali ini turun diharga Rp.20.000/kaleng bahkan bisa lebih kurang lagi.

Kondisi inilah yang menuai berbagai opini miring dan mendorong Salah satu Tokoh masyarakat di dataran tinggi Gayo "Tagore Abu Bakar" angkat bicara ke media,
"Seharusnya Pemerintah harus ikut campur dalam menangani hal itu, yang pertama harus dilakukan adalah pemerintah Bener Meriah harus menfasilitasi rakyat khususnya petani kopi dengan pengusaha-pengusaha kopi, memutuskan mata rantai itu karena beda harga kopi dibener meriah Rp.1.500/Kg dengan daerah aceh tengah, jadi seharusnya dijembatani dulu, pengusaha dikumpulkan, dianalisa kembali harga jualnya berapa baru bisa kita tentukan harga beli dari petani, seharusnya sekarang ini bisa diangka Rp.7000/Kg bukan Rp.5000/kilo", pungkas Tagore.

", Sebenarnya dibener meriah itu kalau di kilo green kan kopi itu rata-rata 780Kg per Hektar, sebenarnya bisa menapai 1500Kg per Hektarnya, jadi dsitu juga tindakan pemerintah sekarang harus hadir, memanggil pengusaha-pengusaha dan menfasilitasi mereka, karena permasalahan hari ini itu di lantai jemurnya, apalagi sedang musim hujan, lantai jemur itu minimal harus ada kanopinya dan lain-lain", jelas Tagore.

", Dengan lantai jemur yang tidak efektif maka banyak kopi rusak, jadi pengusaha nggak mau rugi maka hal itu dibebankan ke rakyat khususnya petani kopi, sehingga kejadianya seperti itu sekarang, hanya 5 ribu itupun uangnya kadang-kadang nggak ada, maka harga tidak stabil, itu yang bikin kita sedih rakyat juga yang jadi korban", jelasnya lagi.

", Jadi sebenarnya pemerintah bener meriah itu sah menghubungkan pengusaha dengan Bank, atau bila perlu pemerintah mencadangkan sebagian anggaranya sesuai dengan aturan yang ada itu ikun berperan dalam membeli produksi kopi dari  rakyat petani kopi itu tidak di 5 ribu, wah saya sangat tidak setuju itu..., paling enggak pemerintah harus mampu membeli kopi rakyat di harga 6500 perkilo jika lebih tinggi lagi itu lebih baik seperti kondisi yang terjadi ditakengon, dan disitu juga peran pemerintah harus menjaga mutu kwalitas kopinya dan menjaga hasil produksinya", tambahnya lagi.

Dalam wawancara eksclusive di kediaman Tagore Abu Bakar selaku tokoh dan keturunan Raja Linge itu media mengutip hal penting,
"Yang saya juga tidak terima adalah, pengusaha-pengusaha ini terlalu fokus hilirnya saja, padahal hulunya terancam, saya melihat di bener meriah itu jamur akar sudah meraja rela, hal seperti itu luput dari perhatian pemerintah dan pengusaha, seharusnya pemerintah bener meriah juga harus sudah bereaksi, karena jamur akar itu sama seperti epidemic, bisa menyebabkan mati semua pohon kopi itu", pungkasnya

",Sebenarnya petani kopi itu dalam keadaan emergency saat ini, seharusnya pemerintah harus hadir dan mampu memberantas hal itu memberantas jamur akar mengendalikan kwalitas buah", tutupnya.(masta)






Share:
Komentar

Berita Terkini