Pameran temporer ini menyajikan kisah spirit perjuangan rakyat Aceh dari rentang tahun 1511 hingga 2005.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Almuniza Kamal menjelaskan, pameran temporer tersebut digelar untuk memberikan edukasi kepada pengunjung tentang perjuangan rakyat Aceh saat masa Portugis menguasai Malaka (1511) hingga momen MoU Helsinki (2005).
“Melalui pameran ini kita harap tumbuhnya rasa nasionalisme dan kemauan yang kuat untuk menjaga perdamaian yang telah diperjuangan oleh para pahlawan dan tokoh-tokoh Aceh di masa itu,” ujar Almuniza saat meninjau Pameran Sejarah Perjuangan Rakyat Aceh bertajuk ‘Aceh Bumi Para Syuhada’.
Menurutnya, kisah perjuangan para syuhada zaman dahulu patut ditiru oleh generasi selanjutnya lantaran mengandung soal pengorbanan harta, darah, serta nyawa kala panggilan jihad datang untuk melawan kolonial selama hampir 70 tahun.
“Laki-laki dan perempuan Aceh bersanding bersama dalam sebuah perjuangan memakmurkan dan mempertahankan negeri ini, yang semua itu tergambarkan dalam seluruh timeline atau garis waktu sejarah Aceh yang ada di gedung museum ini,” katanya.
Oleh sebab itu, Almuniza mengajak seluruh masyarakat, khususnya kaum muda Aceh dan wisatawan nusantara untuk hadir ke Museum Aceh. Di lokasi ini, pengunjung bisa mengenal sejarah Aceh lebih dalam melalui kisah atau cerita dan koleksi-koleksi Museum Aceh.
“Hadirlah ke Museum untuk menyaksikan pameran sejarah perjuangan rakyat Aceh, mulai dari awal masa Kesultanan sampai dengan perdamaian MoU Helsinki,” pungkas Almuniza didampingi Kepala UPTD Museum Aceh, Mudha Farsyah.
Bagi Anda yang ingin menyaksikan pameran sejarah perjuangan rakyat Aceh ini dan koleksi Museum Aceh lainnya, Anda dapat berkunjung sejak pukul 09.00-12.00 dan 13.30-16.15 WIB. Museum Aceh beralamat di Jalan Sultan Mahmudsyah No.10, Desa Peuniti, Kota Banda Aceh. Operasional Museum Aceh tutup setiap Jumat.[]