Aceh Besar – Mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) mengembangkan sistem digester biogas berbasis kotoran sapi untuk sumber energi alternatif di Gampong Luthu Lamweu, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar.
Teknologi ini dirancang untuk membantu petani mengeringkan gabah serta menjadi bahan bakar pembuatan gula aren dari air nira.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Gampong Binaan (PKM–BGB) yang didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) USK, dan berlangsung sejak Juli hingga Desember 2025.
Program ini melibatkan dosen USK: Ir. Hisbullah, S.T., M.Eng.Sc. sebagai ketua pelaksana, serta Ir. Mahmuddin, S.T., M.T. dan Dr. Lukman Hakim, S.E., M.Sc. sebagai anggota.
Turut mendampingi mahasiswa KKN Tematik, Prof. Dr. Ir. Farid Mulana, S.T., M.Eng., yang juga Direktur Direktorat Kemahasiswaan dan Prestasi USK.
Sebelum program berjalan, masyarakat Luthu Lamweu masih bergantung pada sinar matahari untuk mengeringkan gabah.
Metode tradisional ini kerap terkendala saat musim hujan, menyebabkan kualitas gabah menurun dan hasil panen rusak.
Menjawab persoalan tersebut, tim KKN USK menghadirkan digester biogas untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan yang dapat mengoperasikan mesin pengering gabah.
Pembangunan unit biogas dilakukan bertahap, mulai dari perancangan, penggalian, pemasangan pipa, hingga instalasi tangki reaktor.
Kini, konstruksi digester telah rampung, dan proses fermentasi anaerob tengah berlangsung dengan bahan baku utama kotoran sapi.
Gas metana hasil fermentasi akan digunakan sebagai sumber panas bagi mesin pengering gabah warga.
Selain pembangunan fisik, tim KKN juga menyiapkan pelatihan dan penyuluhan bagi masyarakat tentang cara pengoperasian, perawatan, dan pemanfaatan gas biometana.
Langkah ini diharapkan membuat warga mampu mengelola teknologi tersebut secara mandiri setelah program berakhir.
Ketua pelaksana program, Ir. Hisbullah, S.T., M.Eng.Sc., mengatakan inisiatif ini merupakan bentuk kolaborasi antara kampus dan masyarakat dalam pengembangan energi terbarukan.
“Melalui penerapan digester biogas ini, mahasiswa tidak hanya mengaplikasikan ilmu dari kampus, tetapi juga memberikan solusi nyata bagi kebutuhan energi pedesaan yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Hisbullah menambahkan, teknologi biogas sangat relevan bagi masyarakat pedesaan yang memiliki potensi limbah ternak melimpah.
“Dengan memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan baku, kita membantu petani mengatasi kendala pengeringan gabah sekaligus mengurangi dampak lingkungan dari limbah organik,” katanya.
Program ini menjadi bukti komitmen USK dalam memperkuat peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan.
Sinergi antara dosen, mahasiswa, dan masyarakat diharapkan melahirkan model penerapan teknologi energi alternatif berbasis sumber daya lokal yang berkelanjutan di Aceh Besar dan sekitarnya.[]
