Musannif : PPP Bukan Punya Ketum Tapi Punya Umat

Editor: Syarkawi author photo

 

Banda Aceh – Ketua DPC PPP Aceh Besar Musannif Sanusi turut memberikan kementarnya terkait posisi Ketua DPW PPP Aceh yang hingga kini masih lowong pasca digelarnya Musyawarah Wilayah (Muswil) IX pada 28-31 Mei 2021 di Banda Aceh.

Musannif mengaku bingung karena sebagai Tim Formatur dalam waktu tiga bulan terakhir belum menerima arahan apapun dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP terkait masih lowongnya Posisi Ketua DPW PPP Aceh

“Tugas formatur sudah dilaksanakan rapat sudah dua kali dilaksanakan, Yakni rapat pertama mencari pola bagaiman pengusulan, sedangkan rapat kedua sudah ada nama lengkap mulai dari ketua sampai anggota pengurus DPW PPP Aceh,” ungkap Misannif pada media ini Kamis 9 September 2021.

Untuk diketahui Tim Formatur terdiri dari lima orang dari DPC yakni : Musannif Sanusi DPC Aceh Besar, Teuku Muzanni DPC Aceh Jaya, Muzakir DPC Aceh Tenggara, Zainunddin DPC Aceh Utara, Daifunnas DPC Aceh Selatan dan satu orang mewakili DPW PPP Tgk H Amri M Ali.

Musannif mengungkapkan bahwa tim formatur terbagi dua yang satu pihak dengan jumlah dua orang menginginkan Incumben Tgk Amri sebagai Ketua DPW PPP Aceh sementara satu pihak yang terdiri dari empat orang mengusulkan Anwar Idris.

“Jadi sejak nama tersebut itu diusulkan, tidak ada kabar dan info bahkan tidak dihubungi kembali sampai saat ini. Sehingga saya membaca di sebuah media bahwa ada yang menyatakan Kepengurusan DPW PPP Aceh sudah diambil alih oleh DPP, tidak ada itu dan menyesatkan,” tegas Musannif.

Menurut Musannif seharusnya DPP PPP menyurati secara resmi karena sampai saat ini Tgk Amri masih mengklaim dirinya sebagai ketua sebelum adanya ketua yang baru meskipun sudah dilaksanakannya Muswil.

“Tapi kalau dikatakan DPP mengambil alih karena misalnya ada keputusan formatur yang tidak bulat, itu tidak ada suratnya dan tidak ada info apapun. Seharusnya memang terjadi kekosongan pimpinan tidak ada yang boleh mengklaim dirinya sebagai ketua lagi,” tegas manta Anggota DPR Aceh itu.

Sambung Musannif pihaknya telah mencoba bertanya berbagai pihak khususnya pada Waketum Bapak Asrul Sani, ada Waketum ibu Heralena ada sekjen Gus Arwani.

“Semua kita coba tanyakan mengapa bisa seperti ini sudah tiga bulan. “Kita ini partai besar, partai berpengalaman, Partai tua yang seharusnya tidak terjadi begini yang simbolnya persatuan, tetapi semakin lama ini bukan persatuan yang terjadi tetapi semakin meruncing perpecahan,” ujarnya.

“Partai ini bukan punya Ketum, Partai Perasatuan Pembangunan ini punya umat”, dimana disitu terjadi demokrasi karena demokrasi itu mencari musyawarah dan mufakat, jika itu tidak terjadi maka jalan keluarnya adalah voting, berarti itu bukan deadlock tetapi dianggap deadlock. Jika mengutip bahasa bapak Presiden Jokowi “RUWET”, ungkap Misannif.[*]

Share:
Komentar

Berita Terkini