Banda Aceh – Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah (USM) melakukan kunjungan lapangan ke Rumah Sakit Hermina Aceh untuk mempelajari langsung sistem pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3).
Kegiatan yang merupakan bagian dari mata kuliah Pengelolaan Limbah B3 itu berlangsung di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) LB3 RS Hermina Aceh, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Kamis (20/11/2025).
Rombongan disambut Manajer Umum RS Hermina Aceh, Handri, didampingi penanggung jawab pengelolaan limbah Fajar—yang telah tersertifikasi—serta Desi dari tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Dalam pengantarnya, Handri menekankan bahwa rumah sakit menghasilkan berbagai jenis limbah kompleks, termasuk limbah B3 yang wajib dikelola secara ketat dan dimusnahkan melalui pihak ketiga berizin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Silakan belajar secara langsung di TPS LB3. Kunjungan ini akan dipandu oleh Pak Fajar dan Bu Desi,” kata Handri.
Para mahasiswa kemudian meninjau langsung proses pengelolaan limbah B3. Fajar menjelaskan bahwa limbah medis hanya boleh disimpan maksimal dua hari sebelum diangkut untuk dimusnahkan oleh pengelola limbah berizin.
Ia juga memaparkan jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit, mulai dari limbah infeksius, limbah tajam, limbah farmasi, limbah bahan kimia laboratorium, hingga limbah cair medis tertentu.
Fajar turut menerangkan standar pemilahan limbah dengan lima warna kantong plastik berbeda.
- Kuning: limbah infeksius seperti perban darah, kapas bekas, dan alat medis terkontaminasi
- Merah: limbah radioaktif
- Hitam: limbah domestik non-B3
- Coklat: limbah farmasi, termasuk obat kedaluwarsa
- Ungu: limbah sitotoksik
“Pemisahan warna ini penting untuk menjaga keamanan petugas dan memastikan limbah diproses sesuai karakteristik bahayanya,” ujar Fajar.
Setiap timbulan limbah ditimbang dan dicatat dalam logbook sebelum disimpan di TPS LB3. Saat diangkut pihak ketiga, limbah kembali ditimbang untuk memastikan akurasi data serta kesesuaian volume transportasi.
Mahasiswa juga berdiskusi mengenai aspek keselamatan kerja, regulasi pengelolaan limbah, hingga standar operasional yang diterapkan fasilitas kesehatan.
Salah satu peserta, Rebeca Gustina Rachel BR Napitupulu, mengaku mendapat pengalaman berharga dari kunjungan tersebut.
“Melihat langsung bagaimana limbah medis dikelola membuat teori di kelas jadi lebih nyata. Ini pengalaman yang sangat berharga,” ujarnya.
Kegiatan ini dipimpin dosen pengampu mata kuliah, Ir. Bahagia, ST., MT., IPM. Ia mengatakan kunjungan lapangan merupakan bagian penting dalam memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap praktik nyata pengelolaan limbah B3.
“Ini tidak hanya memperluas wawasan akademik mahasiswa, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah medis yang aman dan sesuai standar demi melindungi kesehatan masyarakat dan menjaga lingkungan,” kata Bahagia.
Dengan pengalaman lapangan tersebut, mahasiswa Teknik Lingkungan USM diharapkan dapat menjadi calon profesional yang kompeten dan bertanggung jawab dalam pengelolaan limbah B3 di masa mendatang.[]
