Meulaboh - Tiga gampong di Kecamatan Pante Ceuremen, Aceh Barat, mengalami kekeringan dalam lima bulan terakhir. Hal ini akibat irigasi daerah setempat belum berfungsi dengan baik, sehingga membuat lahan pertanian kering dan tidak bisa ditanam padi.
Gampong yang terdampak kekeringan meliputi Manjeng, Seumantok dan Pante Ceuremen. Warga yang bekerja sebagai petani terpaksa beralih mata pencaharian sementara waktu guna memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut Keuchik Gampong Manjeng, Rajab, seharusnya pada Juli lalu sudah memasuki masa tanam. Namun karena kekeringan gagal tanam pun terjadi sehingga sawa terbengkalai.
”Lebih kurang ada 200 hektare area persawahan yang tidak bisa ditanami karena kekeringan,” kata Rajab.
Rajab menyebut bahwa macetnya irigasi tanjung seumantok sebagai sumber air utama sawah warga disebabkan banjir Bandang. Karena belum mendapat penanganan maka suplai air juga ikut terhenti ke area sawah.
Masyarakat disana kian mengeluh akan hal tersebut. Sebab, selama tak bertani mereka terpaksa mencari nafkah dengan menjadi buruh kasar di kebun dan bangunan, bahkan ada yang naik ke hutan untuk mencari nafkah.
“PUPR sudah menerjunkan alat beran dan memperbaiki saluran, masyarakat juga membantunya dengan gotong royong membersihkan sendimen pasir karena tidak mampu dijangkau oleh alat berat,” ucap rajab.
Karena gagal tanam, kata dia, jelas membuat produksi padi disana menurun. Biasanya dalam sekali masa tanam dapat menghasilkan 8 sampai 11 ton per hektare. Masyarakat berharap pemerintah segera menuntaskan persoalan tersebut. []